Selasa, 10 September 2013

Perhatian Orang Tua Untuk Anaknya

Ada anak yang suka berbuat onar dan bertingkah jahil hanya untuk mencari perhatian orang yang ada disekitarnya terutama orang tua mereka. Dan ada juga anak yang ingin bebas lepas seperti burung yang terbang diangkasa, tanpa pernah diomeli ketika berbuat salah atau bermain tak tau waktu oleh orang tuanya.
Padahal sejujurnya, orang tua tak pernah melupakan anaknya. Sesibuk apapun orang tua pasti tetap mengingat anaknya. Mungkin saja mereka sibuk mencari uang, bukankah itu demi anaknya? Agar melihat anaknya tak sepertinya dulu yang hidupnya mungkin susah atau pas-pasan.
Sadari bahwa tak ada orang tua yang tak menyayangi anaknya. Jangan sampai merasakan penyesalan karena tak pernah percaya dengan kata-kata mereka. Selagi masih ada kedua orang tua, patuhi mereka. Dan jika hanya tersisa salah satu diantara keduanya, jaga dan hormati mereka. Jangan buat mereka bersedih. Jangan pernah menyesal..!! J Lakukan yang terbaik..
Dulu aku berpikir bahwa Ayahku adalah orang yang cuek, dingin dan tak perhatian dengan anak-anaknya. Namun aku salah, sangat salah. Meskipun tanpa seorang istri disampingnya untuk membesarkan keempat anaknya, ia tak pernah mengeluh.
Saat aku liburan kuliah, waktu itu aku main kesamping rumahku, tepatnya rumah eyangku. Disana aku banyak diceritakan kisah masa kecilku dulu dan Ayahku itu adalah Ayah terhebat menurutnya.
Disetiap Ayahku pulang kerja, anak-anak harus ada dirumah tak ada yang boleh main diluar, terkecuali ada tugas sekolah yang mengharuskan hadir dan itu harus telepon dulu untuk ijin, kalau sampai kelupaan ijin, jangan harap tak dapat hukuman seperti dimarahi, dijewer atau bahkan diciwel.
Pernah dulu adikku yang terkecil main dan alm Ibuku kelupaan saking repotnya, saat Ayahku pulang kerja marah-marah karena adik tak ada dirumah. Dicari kemana-mana masih dengan seragam kantornya, dan ternyata eyangku menemukannya bermain dikebun belakang rumah.
Bahkan saat kita malas dimandiin Ibuk setelah dimarahi olehnya, hanya ada satu pertanyaan “dimandikan sama Ibuk atau Ayah?”, dan jika menjawab Ayah sudah pasti juga langsung dimandikan Ayah.
Masih banyak lagi kenangan-kenangan tentang perhatiannya yang tak terlalu terlihat. Bahkan kadang aku sendiri tak merasa Ayahku adalah orang yang perhatian. Hingga suatu saat aku sadar.
Ada tiga kejadian yang benar-benar membuatku tau bahwa Ayahku adalah orang yang sangat memperhatikan anak-anaknya.
Yang pertama, ketika Ayahku mendapat telepon dari rumah sakit bahwa adikku kecelakaan motor. Disaat itu, ia langsung lari berganti pakaian, membangunkan aku, kakakku dan adikku yang satunya lalu menyalakan mobil, tanpa ia sadari dompet, handphone dan kacamata tertinggal di meja ruang keluarga. Untungnya aku tau dan aku bawa. Saking paniknya J
Yang kedua, ketika aku sedang pindah kamar kost. Saat itu ia sedang sakit, bahkan sedang menjalani kemoterapi. Kata orang-orang, kemoterapi itu sakit. Namun ia masih sempat menanyakan tentang keadaanku dikost kepada kakakku yang menemaninya. “Gimana adik pindah kamarnya?”, “Udah selesai apa belum?”, “Ada yang bantuin atau gak”. Saat aku di bbm itu sama kakakku, lututku rasanya lemas. Disaat sakit sekalipun, ia tak hanya memikirkan dirinya sendiri, bahkan bertanya kondisiku.
Dan yang terakhir adalah saat liburan kuliah. Aku dirumah sendiri, berhubung pembantu dirumah sedang cuti, aku mengerjakan pekerjaan rumah selama liburan. Waktu itu aku sudah lelah, semua kerjaan sudah beres dan tinggal cuci piring (itu adalah tugas adikku). Saat Ayahku pulang, aku sedang nonton tv. Dan ternyata dugaanku meleset, masih ada satu tugas yang belum aku kerjaan, yaitu membayar tagihan air. Ayahku marah habis-habisan, mungkin efek lelah kerja juga.
Aku benar-benar merasa jengkel. Hanya tinggal satu itu aja marahnya keterlaluan. Akhirnya aku memutuskan untuk mencuci piring disaat Ayahku membayarkan tagihan listrik, itupun belum sempat mengganti pakaian seragamnya dengan pakaian rumah. Saat aku mencuci piring, Ayahku disana. Aku pikir hanya untuk mengambil gelas lalu pergi, namun aku salah. Ayahku membantuku beres-beres dapur.
Ayahku membuang sampah dikebun, mengelap meja dan meletakkan cucianku dirak-rak yang ada. Perasaan amarahku langsung meluap seketika. Tanpa aku sadari, aku menitikkan air mata. Belum sempat ia beristirahat pulang dari kerja, sudah membantuku membereskan rumah.
Ayah, apapun keadaanmu. Dirimu adalah Ayah terhebat kami.
“Kami berusaha untuk membuatmu bahagia, dan Ayah harus berusaha untuk tetap ada bersama kami”

We love you, Dad J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar