Ada anak yang
suka berbuat onar dan bertingkah jahil hanya untuk mencari perhatian orang yang
ada disekitarnya terutama orang tua mereka. Dan ada juga anak yang ingin bebas
lepas seperti burung yang terbang diangkasa, tanpa pernah diomeli ketika
berbuat salah atau bermain tak tau waktu oleh orang tuanya.
Padahal sejujurnya,
orang tua tak pernah melupakan anaknya. Sesibuk apapun orang tua pasti tetap
mengingat anaknya. Mungkin saja mereka sibuk mencari uang, bukankah itu demi
anaknya? Agar melihat anaknya tak sepertinya dulu yang hidupnya mungkin susah
atau pas-pasan.
Sadari bahwa tak
ada orang tua yang tak menyayangi anaknya. Jangan sampai merasakan penyesalan
karena tak pernah percaya dengan kata-kata mereka. Selagi masih ada kedua orang
tua, patuhi mereka. Dan jika hanya tersisa salah satu diantara keduanya, jaga
dan hormati mereka. Jangan buat mereka bersedih. Jangan pernah menyesal..!! J Lakukan yang
terbaik..
Dulu aku berpikir
bahwa Ayahku adalah orang yang cuek, dingin dan tak perhatian dengan
anak-anaknya. Namun aku salah, sangat salah. Meskipun tanpa seorang istri
disampingnya untuk membesarkan keempat anaknya, ia tak pernah mengeluh.
Saat aku liburan
kuliah, waktu itu aku main kesamping rumahku, tepatnya rumah eyangku. Disana aku
banyak diceritakan kisah masa kecilku dulu dan Ayahku itu adalah Ayah terhebat
menurutnya.
Disetiap Ayahku
pulang kerja, anak-anak harus ada dirumah tak ada yang boleh main diluar,
terkecuali ada tugas sekolah yang mengharuskan hadir dan itu harus telepon dulu
untuk ijin, kalau sampai kelupaan ijin, jangan harap tak dapat hukuman seperti
dimarahi, dijewer atau bahkan diciwel.
Pernah dulu
adikku yang terkecil main dan alm Ibuku kelupaan saking repotnya, saat Ayahku
pulang kerja marah-marah karena adik tak ada dirumah. Dicari kemana-mana masih
dengan seragam kantornya, dan ternyata eyangku menemukannya bermain dikebun
belakang rumah.
Bahkan saat kita
malas dimandiin Ibuk setelah dimarahi olehnya, hanya ada satu pertanyaan “dimandikan
sama Ibuk atau Ayah?”, dan jika menjawab Ayah sudah pasti juga langsung
dimandikan Ayah.
Masih banyak lagi
kenangan-kenangan tentang perhatiannya yang tak terlalu terlihat. Bahkan kadang
aku sendiri tak merasa Ayahku adalah orang yang perhatian. Hingga suatu saat
aku sadar.
Ada tiga kejadian
yang benar-benar membuatku tau bahwa Ayahku adalah orang yang sangat
memperhatikan anak-anaknya.
Yang pertama,
ketika Ayahku mendapat telepon dari rumah sakit bahwa adikku kecelakaan motor. Disaat
itu, ia langsung lari berganti pakaian, membangunkan aku, kakakku dan adikku
yang satunya lalu menyalakan mobil, tanpa ia sadari dompet, handphone dan
kacamata tertinggal di meja ruang keluarga. Untungnya aku tau dan aku bawa. Saking
paniknya J
Yang kedua,
ketika aku sedang pindah kamar kost. Saat itu ia sedang sakit, bahkan sedang
menjalani kemoterapi. Kata orang-orang, kemoterapi itu sakit. Namun ia masih
sempat menanyakan tentang keadaanku dikost kepada kakakku yang menemaninya. “Gimana
adik pindah kamarnya?”, “Udah selesai apa belum?”, “Ada yang bantuin atau gak”.
Saat aku di bbm itu sama kakakku, lututku rasanya lemas. Disaat sakit
sekalipun, ia tak hanya memikirkan dirinya sendiri, bahkan bertanya kondisiku.
Dan yang terakhir
adalah saat liburan kuliah. Aku dirumah sendiri, berhubung pembantu dirumah
sedang cuti, aku mengerjakan pekerjaan rumah selama liburan. Waktu itu aku
sudah lelah, semua kerjaan sudah beres dan tinggal cuci piring (itu adalah
tugas adikku). Saat Ayahku pulang, aku sedang nonton tv. Dan ternyata dugaanku
meleset, masih ada satu tugas yang belum aku kerjaan, yaitu membayar tagihan
air. Ayahku marah habis-habisan, mungkin efek lelah kerja juga.
Aku benar-benar
merasa jengkel. Hanya tinggal satu itu aja marahnya keterlaluan. Akhirnya aku
memutuskan untuk mencuci piring disaat Ayahku membayarkan tagihan listrik, itupun
belum sempat mengganti pakaian seragamnya dengan pakaian rumah. Saat aku
mencuci piring, Ayahku disana. Aku pikir hanya untuk mengambil gelas lalu
pergi, namun aku salah. Ayahku membantuku beres-beres dapur.
Ayahku membuang
sampah dikebun, mengelap meja dan meletakkan cucianku dirak-rak yang ada. Perasaan
amarahku langsung meluap seketika. Tanpa aku sadari, aku menitikkan air mata. Belum
sempat ia beristirahat pulang dari kerja, sudah membantuku membereskan rumah.
Ayah, apapun
keadaanmu. Dirimu adalah Ayah terhebat kami.
“Kami berusaha
untuk membuatmu bahagia, dan Ayah harus berusaha untuk tetap ada bersama kami”
We love you, Dad J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar